Responsive Banner design
Home » » WANNA SING

WANNA SING

Tasikmalaya adalah kota kecil yang menawarkan kesegaran udaranya. Meskipun kecil cukup banyak yang bisa dinikmati. Ada beberapa mall seperti Yogya department Store. Cukup banyak bank yang membuka cabang di sini dan tentunya tersedia cukup ATM. Restaurant ada juga, namun yang jelas ada sebuah warung soto yang enak. Soto ayam enak dengan taburan ayam yang banyak memenuhi mangkok, sambal cabe hijau yang digiling lembut dan tidak ketinggalan kerupuk. Ada juga bubur ayam yang enak dimana mangkok besar penuh terisi bubur, ayam, sayuran, kacang dan rasanya enak. Minumnya teh tawar hangat.

Hotel tidak terlampau banyak jumlahnya dan ada satu yang terbesar dan berbintang tiga, namanya hotel Crown. Kamarnya cukup banyak dengan berbagai kelas seperti deluxe atau suite. Hotel ini menyediakan restaurant untuk breakfast, kolam renang dan sebuah caffe di depan pintu masuk. Tempat parkirnya cukup luas. Setelah sore hari tamu melakukan renang dan bersantai maka malam harinya bisa menikmati secangkir espresso di caffe sambil menikmati artis lokal bernyanyi.

Tiga laki-laki itu datang ke caffe pukul 21.00 malam. Laki-laki pertama berperawakan sedang dengan kaos putih dan celana hitam. Yang kedua berambut gondrong dengan kaos putih, jaket hitam dan celana jean biru. Yang ketiga paling tinggi dengan kaos biru dan celana jean biru. Ketiganya langsung menuju meja nomor 16 dan memesan espresso dan sebungkus rokok.

Hingar bingar musik sudah menghentak ruangan caffe yang temaram. Ada sekitar dua puluh meja yang ditata menyebar. Tamu yang datang cukup banyak dan memenuhi tiga perempat kapasitas meja. Di depan ada panggung dan lantai lapang untuk gerak penyanyi atau tamu yang pengin berjoget. Di belakang adalah bar yang menyediakan berbagai minuman dan panganan.

Lampunya redup, musiknya keras dan penyanyi hmm sangat seksi. Penyanyi itu cantik, putih, berambut pendek dengan dandanan ketat dan rok sangat minim. Harus diakui dia sangat menarik, dengan suara merdu dan gerak-gerik menggoda namun tidak murahan. Beragam lagu keluar dari mulut mungilnya. Dua keyboard dan sintesizer mengiringi lagu apapun mulai dari pop, dangdut, rock maupun lagu alternative yang baru ngetop. Lagu kondang macam Yang Paling Sexy-nya Mulan Jamilah, lagu-lagu band Dewa, Ungu, Nidji maupun dangdut dengan fasih dilantunkan. Para tamu mulai tergoda untuk bangkit dan berjoget. Meja diujung di depan bar dengan dua wanita dan satu laki-laki nampak heboh dengan goyangan salah satu dari wanita tersebut. Wanita itu bergoyang dengan hanya bercelana jean dan kaos ketat yang menggambarkan siluet bentuk tubuhnya dalam remang lampu.

Meja di depan panggung yang paling banyak rombongannya lebih heboh lagi. Terlihat ada seorang yang sangat gemuk, dengan kemeja bergaris dan celana jean yang tidak muat perutnya menjadi pusat perhatian. Berkali-kali disebut Hendrik – nama dari lelaki itu oleh sang artis yang bolak balik mendekat, bergoyang menggoda ditingkahi oleh Hendrik. Rupanya Hendrik ini nyawer kepada artis dan mendapat kehormatan bergoyang bersama dan ditawari menyanyi di panggung.

Begitulah malam kian larut dan panas. Makin banyak yang nyawer kepada penyanyi nan cantik tadi. Setiap ada yang nyawer sang penyanyi mendekat dan bergoyang dengan penyawer. Cukup menarik manakala sikap penyanyi meskipun dengan dandanan super ketat namun tidaklah kampungan dan cukup hanya melenggak menggoda. Sang tamupun cukup tahu diri dan tidak main colek layaknya hiburan dan saweran kebanyakan.

Meja ketiga laki-laki nomor enambelas sempat ditawari sang apenyanyi untuk ke depan namun ketiganya hanya tersenyum dan terus menghisap rokok mild putih. Beberapa wanita maju dan menari menambah panasnya malam di kota dingin tersebut. Serombongan yang nampaknya dari luar kota maju berbareng dan bergoyang di depan. Satu dua tamu sempat menyumbang suaranya menyanyi diiringi sang biduan. Sekelompok anak muda dengan minum bir dan makan kacang nampak histeris bergoyang. Tidak ada keributan berarti dan semuanya menikmati malam yang gempita.

Lepas jam 00.00 malam hiburan selesai dan para tamu bubaran. Sang biduan sudah berganti pakaian dan beristirahan dengan manajernya. Meja nomor enambelas belum beranjak dan menikmati kepulan dari rokok yang kesepuluh batang. Ada kerlingan kecil dari sang biduan kepada meja enambelas, tatapan heran. Lima menit berlalu akhirnya ketiga laki-laki beranjak dan keluar dari kaffe.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog