Responsive Banner design
Home » » Kampoeng Djawa

Kampoeng Djawa

Itu nama sebuah tempat. Dari Semarang perlu satu jam berkendara melewati jalanan terjal perbukitan. Jalannya sudah diaspal meski agak sempit. Cukuplah dilewati dua mobil bersebelahan. Sebelum sampai resort kendaraan melewati kebun karet, perkampungan dan hijaunya sawah. Tempatnya sungguh masih asri dengan landscape perbukitan, hamparan sawah dan ladang, lembah dan sungai. Areanya sudah masuk kabupaten Kendal. Konon pemiliknya masih kerabat keraton Solo. Peresmian tempat itu dilakukan oleh petinggi keraton solo, demikian cerita teman yang tinggal di dekat kampoeng djawa. Kalau dari papan penunjuk pinggir jalan namanya resort dan restaurant sekatul – mungkin namanya diambilkan dari nama daerahnya.

Areanya sangat luas. Entah ada barang tiga atau lima hektar. Banyak bangunan berdiri diatasnya. Ada rumah joglo, tempat sarasehan, bilik, panggung gamelan dan banyak lagi. Nuansanya menggambarkan perkampungan jawa dengan profil dataran tinggi dan rendah. Seiring tuntutan tamu dibangun pula tempat outbond. Ada jembatan dari tali, dan fasilitas latihan outbond lainnya. Waktu setengah hari tidak cukup untuk melihat semua bagian sudut kampoeng djawa. Dari denahnya digambarkan adanya danau yang cukup luas dan berbagai tempat bersantai lainnya.

Rombongan kendaraan itu merayap pelan. Meliak liuk jalanan perbukitan. Disela bertebaran beberapa perkampungan yang cukup ramai. Tanjakan curam dirangkai rumah penduduk pinggir jalan yang sibuk membuat sagu. Pohon sagu ditebang, dipotong dan dipukul-pukul untuk mengambil tepung sagunya. Hamparan sawah dengan background perbukitan terlihat di kanan jalanan.

Waktu baru menunjukan pukul 17.30 sore. Perlu lima belas menit waktu berbuka. Ya saat itu memang bulan puasa. Serombongan orang datang dari kota. Buka bersama di tempat yang segar adalah tujuannya. Sembari menunggu waktu berbuka banyak yang jalan-jalan di berbagai sudut perkampoengan itu. Gemericik air, suara kwek bebek dan berkeliaran kucing merangkai nuansa pedesaan. Beberapa pekerja sibuk membuat tempat makan di pinggir sawah. Lokasi wisata itu terus dikembangkan agar semakin menarik.

Pemiliknya tentu punya selera yang cukup tinggi. Ada perangkat gamelan warisan sunan kalijaga dan tamu tidak diperkenankan memainkan – tertulis di papan. Ada rumah tempat pertemuan dengan arsitek bangunan dan perabot jawa. Meja kayu jati asli setebal 20 centimeteran terhampar dimana-mana. Bila semua kayu jati ditimbang entah berapa ton beratnya. Sangat banyak.

Sudah adzan teriak salah satu pegawainya. Berduyun rombongan itu menuju panggung yang luas. Hamparan meja dengan berbagai minuman dan panganan khas jawa sudah tersaji. Ada kolak, teh manis, serta es teh. Ada nasi putih, sayur kangkung, sayur asem, urapan, lele goreng, ayam bakar, opor, tempe , tahu, pete, gurame sambal, lalapan, sambal terasi dan masih banyak aneka masakan lain, menggugah selera. Sangat lezat dinikmati pada buka puasa sore itu.

Publisitas dan promosi barangkali yang dibutuhkan tempat resort semacam kampoeng djawa ini. Dari fasilitas yang ditawarkan terasa sudah komplit. Makanan yang disajikan juga memadai. Nilai-nilai dan budaya djawa kenthal tercermin pada setiap bangunan dan isinya. Kekurangan lain adalah akses menuju lokasi yang relative sempit. Diharapkan adanmya pelebaran jalan sehingga mempermudah tamu datang dan pergi ke lokasi.

Penglola sebenarnya bisa membuat terbososan dan promosi langsung. Cukup membuat selebaran dan diperbanyak. Selebaran bisa dibagikan gratis di berbagai tempat strategis. Bisa juga melakukan kerjasama dengan media baik cetak maupun elektronik. Tim media bisa menikmati fasilitas resort dan outbond. Sebaliknya media akan membantu publisitasnya.

Cara yang umum lainnya adalah mendatangkan musik semacam dangdut, pop atau campursari untuk manggung di lokasi. Biasanya cara ini mampu menarik pengunjung datang dan melihat. Bahwa terdapat resort yang lengkap dan menawarkan seni budaya djawa. Sentuhan marketing modern barangkali dibutuhkan. Sebagaimana umumnya pengelolaan tradisional kadang kurang memberikan sentuhan atas kebutuhan pasar saat ini. Peran promosi semakin penting ketimbang sekedar menunggu pasif tamu yang datang. Diantara sekian banyak pengunjung tempo hari hanya beberapa orang yang pernah dengar adanya resort sekatul kampoeng djawa. Kebanyakan baru pertama kali tahu dan masuk ke sana. Padahal tempatnya memang bagus dan layak untuk dijual secara nasional dan bahkan regional.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog