Responsive Banner design
Home » » Perspektif Ekonomi & Tren Konvergensi Telekomunikasi

Perspektif Ekonomi & Tren Konvergensi Telekomunikasi


Telekomunikasi adalah industri yang mengalami pertumbuhan diatas rata-rata yakni mencapai 48% selama periode 2002 – 2008. Sementara dua operator terbesar GSM menguasai market share hingga 70%. Saat ini di Indonesia terdapat 12 operator seluler baik GSM maupun CDMA dan merupakan yang terbanyak di dunia. Sementara di Negara lain seperti China ada 2 operator, Malaysia 3 operator, Australia 4 operator dan Eropa 5 operator. Bisnis industri telekomunikasi telah mengalami konvergensi, sehingga jumlah pengguna jasa telekomunikasi akhir 2008 mencapai 172 juta. Pasar ke depan masih akan tumbuh dengan perkiraan 28% hingga tahun 2012.

Produk Domestik Bruto Q1 2009 secara berurutan disumbang oleh Industri Pengolahan (27.3%), Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (15.8%), Perdagangan, Hotel dan Restoran (13,4%), Jasa (10%), Konstruksi (9,6%), Pertambangan dan penggalian (8,8%), Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan (7,6%), Pengangkutan dan Komunikasi (6,6%) serta Listrik, Gas dan Air (0,9%). Terlihat disini meski pertumbuhan diatas rata-rata namun kontribusi ke PDB Industri Telekomunikasi dan Transportasi (Penerbangan) masih relative kecil yakni 6,6%.

Pertumbuhan telekomunikasi nasional tumbuh luar biasa dari 19,4 juta pelanggan tahun 2002 menjadi 172,78 juta pelanggan tahun 2008. Sementara pertumbuhan lainnya adalah 28,2 juta pelanggan (2003), 41,3 juta pelanggan (2004), 64,39 juta pelanggan (2005), 77,38 juta pelanggan (2006) dan 118,58 juta pelanggan (2007). Meski dengan catatan angka yang fantastis ini namun tersirat misleading manakala banyak diantara nomor yang terjual ke pelanggan tersebut merupakan nomor seluler tidur (tidak aktif). Menurut sebuah riset Mobile phone yang aktif secara nasional adalah 80 juta (2006), 90 juta (2007) dan 116 juta (2007).

Dari gambaran pelanggan seluler dunia Indonesia secara meyakinkan menduduki peringkat 6 dunia. Lebih rinci sebaran pelanggan tersebut China (748,8 juta), India (372,48 juta), USA (331,52 juta), Rusia (220,52 juta), Brasil (184,92 juta), Indonesia (172,8 juta), Jepang (133,9 juta), Jerman (133 juta), Italia (104,3 juta) dan Pakistan (92,1 juta). Sementara dari ke sepuluh Negara tersebut jumlah pelanggan yang aktif secara berurutan adalah, 585 juta, 291 juta, 259 juta, 172 juta, 134 juta, 116 juta (Indonesia), 103 juta, 103 juta, 90 juta dan 86 juta.

Dari perspektif tahapan industri telekomunikasi kelompok Negara yang berada pada tahap mulai industri / nascent adalah Afrika, Vietnam dan Bangladesh. Tahap bertumbuh (growth) ditempat China, Indonesia, India dan Thailand. Kelompok Negara Phillipines, Eropa, Australia/New Zealand dan USA berada pada tahap perkembangan pesat (develop) serta kelompok Negara UK/France/Germany dan Jepang menutup tahap perkembangan di yang sudah jenuh (mature).

Sementara kepemilikan asing dalam industri telekomunikasi cukup dominant yakni oleh Hutchinson Telecom dan Charoen Pokphand di HCPT (100%), Telecom Malaysia, Khazanah Nasional dan Etisalat UEA di Excelcomindo (99,8%), Saudi Telecom dan Maxis di Axis (95%), Texas Pacific Invesment di Smart (75%), Qatar Telecom di Indosat (40,8%), Singtel di Telkomsel (35%).

Tren Konvergensi ke depan akan mencakup sekaligus industri Telekomunikasi, Komputer, Broadcasting dan Banking yang mana outputnya akan beragam. Output tersebut diantaranya berupa service convergence seperti mobile services, interactive TV, IP-TV, internet, VOD, satellite TV yang tergambar pada layanan mobility, personalization dan interactivity.

Dari salah satu sumber bisa disebutkan market share dari industri telekomunikasi nasional adalah Telkomsel (48%), Indosat GSM (25%), XL (14%), Telkom Flexi (6%), BTEL (3%), M-8 (1%), Starone (1%) dan lainnya (2%). Tentu angka ini bisa berubah seiring persaingan dan perolehan pelanggan dari masing-masing operator.

Dari gambaran tersebut bahwa industri telekomunikasi berkembang amat cepat, menuju konvergensi. Pelayanan bisa dilakukan dengan multitasking yang tak terbatas. Penetrasi telepon belum sampai 70% sehingga peluang masih terbuka. Sementara penetrasi internet hanya 3% sehingga peluangnya masih terbuka lebar. Kondisi perekonomian (PDB) yang terus membaik, kini Rp. 5.400 triliun) dan jumlah penduduk yang besar (230 juta) merupakan peluang yang nyata.

Pertumbuhan ekonomi per Juni 2009 Indonesia mencapa 4,0%, Malaysia -3,1%, Singapore -7,5%, Thailand -3,5%, Phillipines 0,7%, China 6,8%, India 5,0%.

Pointers tersebut disarikan dari Temu Wicara, Trend Konvergensi dan Implikasinya terhadap Regulasi di bidang komunikasi dan informatika, the phoenix hotel, Yogyakarta 13-Agustus-09.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog